Menjadi orangtua cerdas adalah impian kita semua

Powered by Blogger.
[6] [featured] [slider-top-big] [featured]
You are here: Home / , Tips Cerdas Tanamkan Visi Misi Keluarga Kepada Anak

Tips Cerdas Tanamkan Visi Misi Keluarga Kepada Anak

| 4 Comments
Pembaca sekalian yang budiman,bagaimana kabar anda hari ini? Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai ya. Ayah, Bunda, Ibu, Bapak, Mama, Papa, Abi, Ummi,... mari kita melihat keluarga kita masing-masing. Fokus pada keluarga kita, tak usah melihat kepada keluarga orang lain. Bagaimana? Mau kan ya? Kali ini saya hendak mengajak pembaca sekalian menjawab satu pertanyaan. Hmm, tentang apa ya?

Pertanyaannya begini: sudahkah kita menanamkankan visi misi kita kepada anak?

Ayah, Ibu, setiap pasangan suami istri, alangkah baiknya memiliki visi misi keluarga. Tidak menjadikan bahtera keluarga itu berjalan seperti air mengalir, tanpa arah yang kita buat, sehingga bila suatu waktu terjadi hal yang tidak diinginkan, kita baru memikirkan solusinya. Keluarga yang kita bangun, laksana sebuah bahtera yang akan mengarungi samudera. Butuh persiapan, butuh perencanaan, dan target (pencapaian). Saya rasa setiap kapal yang berlayar, memiliki tujuan di mana dia akan berlabuh.

tips cerdastanamkan visi misi kepada aanak
Mood anak sangat memengaruhi masuk atau
tidaknya nasihat
Keluarga pun sama. Allah turunkan karunia kepada kita berupa pasangan, sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kedekatan kita kepadaNya. Kita dijadikanNya saling mengenal, saling menyayang, dan setiap saudara yang hadir pada pernikahan kita mendoakan agar keluarga kita menjadi keluarga samara (sakinah, mawaddah, rahmah). Ini sebuah karunia yang agung. Lantas, apakah kita akan membiarkan perjalanan biduk rumah tangga kita tanpa arah? Ummi, Abi, agar hati kita dan pasangan semakin mendekat kepada Allah, maka kita perlu menentukan tujuan dan langkah-langkahnya.

Seringkali di sekitar kita, banyak orangtua yang ingin anaknya menjadi dokter dan seorang hafidz, tetapi sang anak menolak karena beralasan cita-cita itu tak sesuai dengan minatnya. Ia berontak dan marah kepada kedua orangtuanya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya karena visi misi kedua orangtua belum tertanam pada diri anak. Orangtua ingin mengambil jalan A, namun anak tidak sepakat, dan lebih memilih jalan B.

Maka, sebelum melangkah untuk menanamkan visi misi kepada anak, ayah dan ibu harus memiliki kekompakan. Keluarga kita, jadikanlah keluarga yang bervisi surga. Segala amal dan ibadah kita lakukan sebagai misi menuju jannahNya. Apakah bisa? Tiada yang tidak mungkin, saudaraku. Allah telah karuniakan kesmepurnaan jiwa raga, termasuk otak untuk berpikir. Apakah untuk memikirkan keluarga kita saja kita tak mampu? Visi akan melahirkan tujuan akhir. Misalkan: Keluarga samara yang bersahabat dengan Al Qur’an, bermuara ke surga Allah.

 Misi akan memberikan gambaran kepada kita: kapan memiliki rumah yang cukup luas untuk membina majlis taklim misalkan, atau kapan target anak-anak kita bisa baca al Qur’an, atau tahun pernikahan ke berapa kita sudah memiliki usaha sendiri tanpa harus ngantor dan menjadi karyawan terus, atau bahkan di mana rencana anak-anak akan bersekolah sampai perguruan tinggi sudah kita petakanJ

Barulah kita mulai tanamkan visi misi tersebut kepada anak kita. Satukan pemikiran, satukan suara, satukan langkah dengan tetap menerima masukan dari pasangan, lalu take action. Buah hati kita, adalah objek yang harus kita arahkan, kita persiapkan ia untuk menjadi subyek pada masanya nanti.

1.       Nasehatilah mereka, sesuai dengan karakternya
Syukurilah nikmat anda menjadi orangtua. Buktikan bentuk kesyukuran anda dengan mendalami sepenuhnya tentang karakter anak anda. Sehingga anda tahu bagaimana cara terbaik menasehatinya.


Ingat ayah, ibu, nasehat itu lebih mengena bila disampaikan dengan teladan. Anak akan merekam kita selalu rajin beribadah bila sehari-hari mereka menyaksikan ayah ibunya melaksanakan shalat lima waktu atau tilawah bersama. Tetapi bila kita harus mengucapkan kata-kata, pahamilah selalu karakternya. Anak dengan karakter lembut dan penurut, tak perlu dicereweti. Kita cukup berkata lembut, tatap matanya dan pegang bahunya, insya Allah dia akan menurut dan tidak banyak berdalih.

Namun bagi anak berkarakter keras, mudah berkomentar, kita sebagai orangtua kudu mempersiapkan cara kreatif. Misalkan kita hendak mengatakan bahwa kita ingin nanti ketika besar, dia menjadi dokter yang tetap berbakti pada orangtua. Tidak sombong dan melupakan jasa orangtua. Mungkin untuk anak tipe ini, kita butuh membuat permainan dulu. Baru setelah itu kita sampaikan. Saat dia mengeluarkan komentar-komentar, sikapilah dengan sabar dan bijak. Pahamilah bahwa itu karakter anak kita.

Namun, tentang karakter ini, sebenarnya kita bisa ikut andil dalam membentuknya lho ayah, ibu. Lain kali kita bahas lebih detail ya. Intinya, karakter yang ada pada orangtua, bisa jadi menurun pada anak. Maka cobalah introspeksi. Adakah hal itu menurun saat ini?

2.       Carilah mood terbaik dari si anak
Jangan nasehati mereka saat mood anak kurang bersahabat. Saat dia mengantuk, saat dia ingin istirahat, saat dia lapar, haus, kecewa karena nilai ulangannya dibawah 70, dan lain-lain, ini harus dihindari. Carilah waktu-waktu saat anak merasa full happiness dalam menikmati hari mereka.
Kita ingin menyampaikan bahwa bersahabat dengan Al Qur’an itu sungguh mulia. Anak kita pulang sekolah, wajahnya berpeluh dan berkeringat, juga muram. Kita saat itu bertanya, ada apa misalnya. Dia menjawab nilai ulangannya jelek. Lalu kita bilang begini:

“Aduh, Adi. Nilai ulangan kamu begitu karena kamu tidak menurut apa kata ibu. Ibu sudah bilang, mengajilah setiap hari. Jadikanlah Al Qur’an sebagai sahabatmu. Kalau kamu sudah belajar, Allah pasti akan memudahkan kamu dalam mengerjakan ulangan!”

Tentu saja apa yang terjadi? Anak kita merasa dalam posisi yang didholimi. Pulang sekolah ia butuh kehangatan keluarga, bukan mendapatkan ceramah sedangkan sepatu dan tas saja masih melekat di badan. Apa yang kita katakan, meskipun baik, tak akan memberikan efek yang positih. Bisa jadi kita akan direkam anak sebagai orangtua yang tak memahami anaknya.
3.       Dekatkan anak kepada Al Qur’an
Al Qur’an memiliki beberapa fungsi, yang salah satunya adalah sebagai asy syifa’ (penawar). Yakinlah ayah, ibu, bahwa jika anak dekat dengan Al Qur’an, niscaya hatinya akan selalu terobati dari kegemaran untuk marah, berlaku tidak sopan, melakukan perbuatan maksiat, dan lebih lembut hatinya. Ia lebih mudah untuk diberikan nasihat dibandingkan anak yang sehari-hari tiada berinteraksi dengan Al Qur’an.
Interaksi ini bisa dengan merutinkan mereka belajar jilid, hafalan surat, baca Al Qur’an, mendengarkan muratal, atau menonton video kisah di dalam Al Qur’an. Kegiatan ini lebih baik menjadi kegiatan harian, yang tak pernah ditinggalkan oleh anak. Dan tentu saja, anda sebagai orangtua harus melakukannya juga.

 Jangan sampai kita ingin anak-anak menjadi solih solihah namun diri kita tidak begitu. Jangan sampai kita ingin menjadikan anak kita sebagai hafidz, namun kita malas baca Qur’an. Jangan sampai Allah murka kepada kita lantaran kita tidak mengerjakan apa yang kita sampaikan kepada anak-anak kita.
4.       Update selalu misi anda dengan musyawarah rutin
Kalau di dunia pekerjaan di luar rumah selalu mengadakan rapat, briefing, membuat program kerja, dan evaluasi, mari kita praktekkan hal itu juga di dalam keluarga. Sepekan sekali misalnya, kita berbincang dengan pasangan, tentang keluarga kita. Pendidikan anak, kejadian-kejadian yang terjadi selama sepekan, permasalahan, apa saja. Lalu kita kaitkan dengan visi misi kita. Adakah yang harus diperbaiki? Adakah yang harus diubah sesuai jaman, atau bahkan diremove? Itu fungsinya.

Dan, sst...rapat keluarga secara intern ini, menambah keharmonisan anda berdua lho, insya Allah. Kalau tak percaya, coba saja J
5.       Konsisten melaksanakannya
Tetaplah menjadi orang tua yang memiliki pendirian yang teguh. Visi misi yang telah dibuat, harus dilaksanakan. Bila di dalam misi untuk mengenalkan anak kepada Allah, kita sepakat ada pemberian reward and punishment, maka itu pun harus dilaksanakan. Anak akan merasa dihargai, dan dianggap keberadaannya di hati anda berdua.

Setiap perjuangan menjadi orangtua hebat, orangtua cerdas, selalu berhadapan dengan banyak tantangan. Nah di sinilah butuh yang namanya sikap sabar dan optimis. Optimislah pada apa yang anda targetkan dengan pasangan, saling menyemangati, dan salinglah menasehati dalam kesabaran bila anak-anak belum memahami apa visi misi anda berdua.

Ingatlah, visi misi anda harus menjadi visi misi keluarga. Allah akan menyaksikan proses yang anda lakukan.
Selamat berjuang, ayah, ibu!

27 Februari 2015

Bunda Isna