Pembaca sekalian yang budiman,bagaimana kabar anda hari
ini? Semoga rahmat Allah senantiasa menyertai ya. Ayah, Bunda, Ibu, Bapak,
Mama, Papa, Abi, Ummi,... mari kita melihat keluarga kita masing-masing. Fokus
pada keluarga kita, tak usah melihat kepada keluarga orang lain. Bagaimana? Mau
kan ya? Kali ini saya hendak mengajak pembaca sekalian menjawab satu
pertanyaan. Hmm, tentang apa ya?
Keluarga pun sama. Allah turunkan karunia kepada kita
berupa pasangan, sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kedekatan kita
kepadaNya. Kita dijadikanNya saling mengenal, saling menyayang, dan setiap saudara
yang hadir pada pernikahan kita mendoakan agar keluarga kita menjadi keluarga
samara (sakinah, mawaddah, rahmah). Ini sebuah karunia yang agung. Lantas,
apakah kita akan membiarkan perjalanan biduk rumah tangga kita tanpa arah?
Ummi, Abi, agar hati kita dan pasangan semakin mendekat kepada Allah, maka kita
perlu menentukan tujuan dan langkah-langkahnya.
Pertanyaannya begini: sudahkah kita menanamkankan visi
misi kita kepada anak?
Ayah, Ibu, setiap pasangan suami istri, alangkah baiknya
memiliki visi misi keluarga. Tidak menjadikan bahtera keluarga itu berjalan
seperti air mengalir, tanpa arah yang kita buat, sehingga bila suatu waktu
terjadi hal yang tidak diinginkan, kita baru memikirkan solusinya. Keluarga
yang kita bangun, laksana sebuah bahtera yang akan mengarungi samudera. Butuh
persiapan, butuh perencanaan, dan target (pencapaian). Saya rasa setiap kapal
yang berlayar, memiliki tujuan di mana dia akan berlabuh.
Mood anak sangat memengaruhi masuk atau tidaknya nasihat |
Seringkali di sekitar kita, banyak orangtua yang ingin
anaknya menjadi dokter dan seorang hafidz, tetapi sang anak menolak karena
beralasan cita-cita itu tak sesuai dengan minatnya. Ia berontak dan marah
kepada kedua orangtuanya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya karena
visi misi kedua orangtua belum tertanam pada diri anak. Orangtua ingin
mengambil jalan A, namun anak tidak sepakat, dan lebih memilih jalan B.
Maka, sebelum melangkah untuk menanamkan visi misi kepada
anak, ayah dan ibu harus memiliki kekompakan. Keluarga kita, jadikanlah
keluarga yang bervisi surga. Segala amal dan ibadah kita lakukan sebagai misi
menuju jannahNya. Apakah bisa? Tiada yang tidak mungkin, saudaraku. Allah telah
karuniakan kesmepurnaan jiwa raga, termasuk otak untuk berpikir. Apakah untuk
memikirkan keluarga kita saja kita tak mampu? Visi akan melahirkan tujuan
akhir. Misalkan: Keluarga samara yang bersahabat dengan Al Qur’an, bermuara ke
surga Allah.
Misi akan
memberikan gambaran kepada kita: kapan memiliki rumah yang cukup luas untuk
membina majlis taklim misalkan, atau kapan target anak-anak kita bisa baca al
Qur’an, atau tahun pernikahan ke berapa kita sudah memiliki usaha sendiri tanpa
harus ngantor dan menjadi karyawan terus, atau bahkan di mana rencana anak-anak
akan bersekolah sampai perguruan tinggi sudah kita petakanJ
Barulah kita mulai tanamkan visi misi tersebut kepada
anak kita. Satukan pemikiran, satukan suara, satukan langkah dengan tetap
menerima masukan dari pasangan, lalu take action. Buah hati kita, adalah objek
yang harus kita arahkan, kita persiapkan ia untuk menjadi subyek pada masanya
nanti.
1. Nasehatilah mereka, sesuai dengan karakternya
Syukurilah nikmat anda menjadi
orangtua. Buktikan bentuk kesyukuran anda dengan mendalami sepenuhnya tentang
karakter anak anda. Sehingga anda tahu bagaimana cara terbaik menasehatinya.
Ingat ayah, ibu, nasehat itu
lebih mengena bila disampaikan dengan teladan. Anak akan merekam kita selalu
rajin beribadah bila sehari-hari mereka menyaksikan ayah ibunya melaksanakan
shalat lima waktu atau tilawah bersama. Tetapi bila kita harus mengucapkan
kata-kata, pahamilah selalu karakternya. Anak dengan karakter lembut dan
penurut, tak perlu dicereweti. Kita cukup berkata lembut, tatap matanya dan
pegang bahunya, insya Allah dia akan menurut dan tidak banyak berdalih.
Namun bagi anak berkarakter
keras, mudah berkomentar, kita sebagai orangtua kudu mempersiapkan cara
kreatif. Misalkan kita hendak mengatakan bahwa kita ingin nanti ketika besar,
dia menjadi dokter yang tetap berbakti pada orangtua. Tidak sombong dan
melupakan jasa orangtua. Mungkin untuk anak tipe ini, kita butuh membuat
permainan dulu. Baru setelah itu kita sampaikan. Saat dia mengeluarkan komentar-komentar,
sikapilah dengan sabar dan bijak. Pahamilah bahwa itu karakter anak kita.
Namun, tentang karakter ini,
sebenarnya kita bisa ikut andil dalam membentuknya lho ayah, ibu. Lain kali
kita bahas lebih detail ya. Intinya, karakter yang ada pada orangtua, bisa jadi
menurun pada anak. Maka cobalah introspeksi. Adakah hal itu menurun saat ini?
2. Carilah mood terbaik dari si anak
Jangan nasehati mereka saat
mood anak kurang bersahabat. Saat dia mengantuk, saat dia ingin istirahat, saat
dia lapar, haus, kecewa karena nilai ulangannya dibawah 70, dan lain-lain, ini
harus dihindari. Carilah waktu-waktu saat anak merasa full happiness dalam
menikmati hari mereka.
Kita ingin menyampaikan bahwa
bersahabat dengan Al Qur’an itu sungguh mulia. Anak kita pulang sekolah,
wajahnya berpeluh dan berkeringat, juga muram. Kita saat itu bertanya, ada apa
misalnya. Dia menjawab nilai ulangannya jelek. Lalu kita bilang begini:
“Aduh, Adi. Nilai ulangan kamu
begitu karena kamu tidak menurut apa kata ibu. Ibu sudah bilang, mengajilah
setiap hari. Jadikanlah Al Qur’an sebagai sahabatmu. Kalau kamu sudah belajar,
Allah pasti akan memudahkan kamu dalam mengerjakan ulangan!”
Tentu saja apa yang terjadi? Anak
kita merasa dalam posisi yang didholimi. Pulang sekolah ia butuh kehangatan
keluarga, bukan mendapatkan ceramah sedangkan sepatu dan tas saja masih melekat
di badan. Apa yang kita katakan, meskipun baik, tak akan memberikan efek yang
positih. Bisa jadi kita akan direkam anak sebagai orangtua yang tak memahami
anaknya.
3. Dekatkan anak kepada Al Qur’an
Al Qur’an memiliki beberapa
fungsi, yang salah satunya adalah sebagai asy syifa’ (penawar). Yakinlah ayah,
ibu, bahwa jika anak dekat dengan Al Qur’an, niscaya hatinya akan selalu
terobati dari kegemaran untuk marah, berlaku tidak sopan, melakukan perbuatan
maksiat, dan lebih lembut hatinya. Ia lebih mudah untuk diberikan nasihat
dibandingkan anak yang sehari-hari tiada berinteraksi dengan Al Qur’an.
Interaksi ini bisa dengan
merutinkan mereka belajar jilid, hafalan surat, baca Al Qur’an, mendengarkan
muratal, atau menonton video kisah di dalam Al Qur’an. Kegiatan ini lebih baik
menjadi kegiatan harian, yang tak pernah ditinggalkan oleh anak. Dan tentu saja,
anda sebagai orangtua harus melakukannya juga.
Jangan sampai kita ingin anak-anak menjadi
solih solihah namun diri kita tidak begitu. Jangan sampai kita ingin menjadikan
anak kita sebagai hafidz, namun kita malas baca Qur’an. Jangan sampai Allah
murka kepada kita lantaran kita tidak mengerjakan apa yang kita sampaikan
kepada anak-anak kita.
4. Update selalu misi anda dengan musyawarah rutin
Kalau di dunia pekerjaan di
luar rumah selalu mengadakan rapat, briefing, membuat program kerja, dan
evaluasi, mari kita praktekkan hal itu juga di dalam keluarga. Sepekan sekali
misalnya, kita berbincang dengan pasangan, tentang keluarga kita. Pendidikan anak,
kejadian-kejadian yang terjadi selama sepekan, permasalahan, apa saja. Lalu kita
kaitkan dengan visi misi kita. Adakah yang harus diperbaiki? Adakah yang harus
diubah sesuai jaman, atau bahkan diremove? Itu fungsinya.
Dan, sst...rapat keluarga
secara intern ini, menambah keharmonisan anda berdua lho, insya Allah. Kalau tak
percaya, coba saja J
5. Konsisten melaksanakannya
Tetaplah menjadi orang tua yang
memiliki pendirian yang teguh. Visi misi yang telah dibuat, harus dilaksanakan.
Bila di dalam misi untuk mengenalkan anak kepada Allah, kita sepakat ada
pemberian reward and punishment, maka itu pun harus dilaksanakan. Anak akan
merasa dihargai, dan dianggap keberadaannya di hati anda berdua.
Setiap perjuangan menjadi
orangtua hebat, orangtua cerdas, selalu berhadapan dengan banyak tantangan. Nah
di sinilah butuh yang namanya sikap sabar dan optimis. Optimislah pada apa yang
anda targetkan dengan pasangan, saling menyemangati, dan salinglah menasehati
dalam kesabaran bila anak-anak belum memahami apa visi misi anda berdua.
Ingatlah, visi misi anda harus
menjadi visi misi keluarga. Allah akan menyaksikan proses yang anda lakukan.
Selamat berjuang, ayah, ibu!
27 Februari 2015
Bunda Isna
terima kasih sharing nya bunda isna.. kadang sebagai orang tua sebenernya punya visi dan misi.. tetapi tidak banyak yang sudah menuliskannya.. dan akhirnya kesulitan saat implementasi.. dengan tips dari bunda ini, semoga memudahkan kami untuk mengimplementasikan visi dan misi keluarga
ReplyDeleteAlhamdulillah. Yuk mbak Amidy kita semangat dengan visi misi keluarga kita. Apa yang saya tularkan ini, semoga bermanfaat.
DeleteSuka bangettt artikelnya mba..makasij yaa saya coba praktekkan di rumah :*
ReplyDeleteSama-sama Mak :) Terimakasih ya sudah sampai di blog baru saya :)
Delete